Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) : Peluang Emas Bagi Akuntan Indonesia
Pada tanggal 25 Agustus 2008 di Singapura, menteri-menteri negara ASEAN menandatangani Mutual Recognition Agreement (MRA) di bidang jasa akuntansi. Lewat perjanjian ini, negara-negara ASEAN menyetujui adanya arus bebas tenaga kerja terampil (skilled labour), di mana warga negara ASEAN bebas keluar masuk ke sesama Negara ASEAN lain tanpa adanya hambatan.
Per Januari 2015 Indonesia memiliki 24.587 akuntan, masih di bawah Singapura yang memiliki 28.891 akuntan, Malaysia memiliki 31.815 akuntan dan Thailand memiliki 62.739 akuntan termasuk bookkeepers (Avianti, 2015). Seharusnya dengan jumlah populasi yang jauh lebih besar daripada Singapura dan Thailand, Indonesia memiliki sarjana akuntansi yang lebih banyak lagi.
Selain dari segi jumlah, sarjana akuntansi di Indonesia juga harus dibekali dengan kompetensi yang diakui secara global melalui sertifikasi yang dikeluarkan oleh badan profesi dalam negeri seperti IAI, IAPI, dll maupun yang berasal dari luar negeri seperti ACCA, ICAEW, dll. Sertifikasi profesi dibutuhkan sebagai bukti bahwa akuntan Indonesia memiliki kompetensi yang mencukupi dan berstandar internasional.
Bila kita tidak mampu menyediakan akuntan profesional yang mencukupi, maka akuntan negara lain akan mengisi kebutuhan tersebut. Di Singapura, Malaysia dan beberapa negara ASEAN lainnya, banyak perusahaan yang telah mensyaratkan akuntan untuk memiliki sertifikasi yang dikeluarkan oleh ACCA (the Association of Chartered Certified Accountants).
ACCA merupakan lembaga resmi global yang mensertifikasi akuntan profesional, menawarkan kualifikasi bagi profesional di seluruh dunia yang mencari karir di bidang akuntansi, keuangan maupun manajemen. ACCA memiliki 188.000 anggota dan 480.000 siswa di 178 negara. Mereka membantu akuntan untuk mengembangkan karir yang sukses di bidang akuntansi dan bisnis, dengan keterampilan yang diperlukan oleh korporat dan perusahaan. Para peserta yang lulus kualifikasi ACCA akan mendapat pengakuan secara internasional di lebih dari 180 negara atas kompetensinya di bidang Akuntansi Bisnis, Manajemen Akuntansi, Akuntansi Keuangan, Hukum Bisnis, Manajemen Usaha, Perpajakan, Pelaporan Keuangan, Audit, dan Manajemen Keuangan.
Ke depan, hanya mereka yang memiliki kompetensi tinggi yang akan mampu bersaing dan bertahan di era MEA. Persaingan akan semakin ketat dan bukan hanya akan terjadi di antara para akuntan Indonesia, tapi juga di antara seluruh akuntan dari Negara ASEAN. Meresponi hal ini, Harapan Bangsa Bussines School ITHB mengadakan kerjasama program sertifikasi dengan ACCA. Melalui kerjasama ini, para sarjana akuntansi Harapan Bangsa akan memenuhi kualifikasi internasional sehingga dapat berkarya dan membawa perubahan positif di dunia bisnis, termasuk di perusahaan-perusahaan multinasional yang berada di Indonesia maupun di luar negeri.
Hanryono, S.E., M.Ak.
Kepala Program Studi Akuntansi ITHB – HBBS