ITHB Mendukung Sistem Transportasi Cerdas Bandung

Menguraikan kemacetan Kota Bandung telah menjadi masalah tersendiri bagi Pemerintah Kota. Dengan meningkatnya pengguna kendaraan bermotor, solusi instan yang terbersit adalah menambah prasarana seperti jalan dan jembatan. Namun cara itu tak efektif dan mahal biayanya.

Dosen ITHB dan Researcher di Universiteit Gent, Gent, Belgia, Herman Sutarto, beberapa waktu lalu menyampaikan hasil penelitiannya mengenai Sistem Kontrol Transportasi Cerdas untuk Kota Bandung dalam acara Forum Diskusi Bersama, di Aula Pikiran Rakyat. Pertemuan ini diikuti oleh para mahasiswa dari ITHB, ITB, Universitas Telkom, Itenas, dan Unisba.

Menurut Sutarto, sistem pengendalian Active Traffic Management (ATM) dan Intelligent Transportation System (ITS) dapat menjadi alternatif untuk mengatasi kemacetan di kota besar. Dua kota besar di Indonesia seperti Jakarta dengan SCATnya, dan Surabaya telah menerapkan sistem intelejen serupa.

ATM ITS merupakan sistem cerdas yang bekerja berbasis algoritma cerdas dengan model data dan sensor. Dengan kata lain, navigasi data berupa level kemacetan, antrian kendaraan temporal, topologi, dan lain-lain dibaca oleh sensor yang dipasang di tepi-tepi jalan atau GPS. Kemudian histori data dikumpulkan untuk evaluasi dan digunakan untuk perencanaan rute. Di beberapa kota besar di Eropa, sistem lalu lintas ini bergabung dengan sistem pengelolaan air.

Sistem ini bisa diakses melalui Macroscopic Fundamental Diagram (MFD), yang menunjukkan kaitan antara jumlah kendaraan dengan kecepatannya. Keuntungan sistem MFD ini adalah karena manusia selalu membuat pilihan rute, tujuan dan perilaku tertentu dalam berkendara yang bisa dibaca.

Bandung sebetulnya memiliki beberapa sensor sistem SCAT (Sidney Coordinated Adaptive Traffic) hibah dari Australia yang tertanam di beberapa persimpangan, namun alat-alat itu kini rusak kondisinya. MFD digunakan dengan asumsi bahwa semua pengguna jalan memiliki kedisiplinan yang baik dan membutuhkan data dari mobil-mobil yang dipasangi sistem GPS. Kondisi jalanan di Bandung seperti angkot yang mengetem, deretan rombongan sepeda motor yang sangat panjang, cukup sulit diidentifikasi oleh sensor. “Bandung seharusnya sudah mulai membangun ini, kan katanya Bandung kota smart dan manusiawi,” demikian Sutarto.