Kegagalan Menjadi Awal Kesuksesan
Adrian Ichsan, B. Bus
Adrian Ichsan adalah anak tunggal yang lahir dan besar di Semarang, Jawa Tengah. Sejak usia 14 tahun dia menekuni bakatnya bermain biola di bawah bimbingan Edward C. Van Ness, seorang violis-konduktor-penulis lagu asal Amerika Serikat.
Awal karir pemuda kelahiran Oktober 1991 ini bermula dengan menjadi second violist untuk Nusantara Symphony Orchestra (NSO); sebuah orchestra yang beranggotakan sebagian musisi terbaik Indonesia, menampilkan bukan hanya musik klasik tetapi jazz dan bahkan rock and roll.
Dalam perjalanannya sebagai pemusik, Adrian telah mencapai beberapa prestasi di antaranya:
- Salah satu pemain biola muda Indonesia yang direkomendasikan oleh Hikotaro Yazaki, konduktor yang pernah masuk dalam sepuluh konduktor terbaik di dunia.
Solois pada tanggal 20 Oktober 2013 di Usmar Ismail Hall Jakarta.
Meskipun berprestasi, Adrian pernah juga mengalami kegagalan. Itu terjadi saat dia tidak dapat memenuhi ekspektasi gurunya, meskipun penonton merasa puas dengan penampilannya. Dari pengalaman itu Adrian terus memperbaiki diri dan memberikan penampilan yang jauh lebih baik di konser-konser selanjutnya.
Pelajaran yang dia ambil adalah : pengalaman pahit pasti memiliki sisi positif selama kita mau mengintrospeksi diri dan tidak menyalahkan keadaan.
Anak muda yang mengaku sebagai sosok yang realistis ini memilih program Business di ITHB International Program sebagai tempatnya menempuh pendidikan tinggi. ITHB International Program sangat sesuai dengan keinginannya untuk melanjutkan studi dan bahkan berkarir di luar negeri. Adrian berencana melanjutkan studinya di HELP University College, Malaysia.
Setelah 1 tahun mengikuti kuliah di ITHB, Adrian menilai ITHB adalah kampus yang memiliki suasana kondusif untuk belajar dengan sarana dan fasilitas yang disediakan. Para dosen memberikan interaksi pembelajaran terhadap para mahasiswa dengan sangat baik dan dekat. “Saya merasa nyaman menjadi salah satu mahasiswa ITHB,” ujarnya dengan antusias.