Mempersiapkan Kemampuan Berbisnis di Era Digital

Pengguna internet di Indonesia meningkat dengan pesat. Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII) menyatakan bahwa pada tahun 2016 pengguna internet di Indonesia naik 51,8 % dibandingkan dengan 2014. Data juga menunjukkan kenaikan dari 88 juta pengguna internet di tahun 2014 menjadi 132,7 juta pengguna di tahun 2016. Pengguna ponsel pintar juga meningkat sehingga memudahkan orang bertransaksi di mana saja dan kapan saja. Data US Cencus Bureau 2015 menyebutkan bahwa pengguna telepon seluler  di Indonesia sudah lebih dari 281 juta. Jadi dari segi infrastruktur, Indonesia telah mengalami pertumbuhan yang cukup baik.

Namun pengetahuan dan pemahaman mengenai konsep digital ternyata masih sangat dibutuhkan. Masih banyak masyarakat dan pengusaha yang belum memahami cara berbisnis di era digital dengan baik. Pengusaha dituntut untuk dapat beradaptasi dengan cepat karena teknologi baru dan pemanfaatannya tidak bisa dibendung. Kita melihat bagaimana Gojek, Uber, Traveloka dan Air BnB mengubah peta bisnis Indonesia dengan cepat. Para pengusaha dan masyarakat pun terkaget-kaget melihat pesaing baru yang bermunculan. Alih-alih menyesuaikan diri, mereka protes, melakukan demonstrasi dan akhirnya menuntut proteksi dari pemerintah.

Cepat atau lambat, dunia bisnis harus berubah. Konsep sharing economy akan terus meningkat, dan bisnis online akan menjadi semakin dominan. Oleh karenanya perlu adanya beberapa pemahaman utama mengenai bisnis di era digital.  Bisnis di era digital memiliki ciri-ciri antara lain: knowledge based yakni menggunakan ilmu pengetahuan sebagai keunggulan dalam bisnis, digitization atau mendigitalkan segala kegiatan, virtualization alias bisnis di dunia maya, internetworking di mana bisnis dilakukan antar jejaring, disintermediation yang artinya tanpa mediasi, convergence atau penggabungan, inovasi, prosumtion di mana konsumen juga kerap menjadi produsen, immediacy di mana semua serba cepat dan segera serta globalization tanpa batasan ruang lagi dalam berbisnis.

Untuk mampu sukses di era digital, perusahaan perlu mempersiapkan diri untuk beberapa perubahan, seperti misalnya: mendefinisikan kembali model bisnis yang berkelanjutan, memastikan nilai tambah dalam rantai pasok, melihat peluang di luar cara-cara komunikasi yang biasa, menggabungkan bisnis model, lebih fokus pada kebutuhan “end user”, serta mengembangkan sistem pengelolaan Big Data agar dapat memenuhi kebutuhan berbagai segmen konsumen dengan lebih efektif dan efisien.

Dalam kondisi yang demikian perguruan tinggi di Indonesia dituntut untuk mampu menyesuaikan kurikulumnya agar tetap relevan dengan perubahan cepat yang sedang terjadi. Salah satu program yang mempersiapkan kompetensi bisnis di era digital adalah program studi Manajemen di Institut Teknologi Harapan Bangsa. Program ini menawarkan kurikulum terkini dengan fokus pada spesialisasi Digital Marketing. Prodi Manajemen ITHB didesain untuk menjawab kebutuhan masyarakat dengan melakukan transfer knowledge sehingga implementasi dan gap ilmu pengetahuan yang terjadi dapat diminimalisasi, dan era digital ini dapat memberikan dampak yang signifikan dalam peningkatan perekonomian bangsa.

Dr. Laura Lahindah, S.E., M.M.

Ketua Harapan Bangsa Business School ITHB